Traveling

5 November 2018

Tugu Khatulistiwa

Hmmm, ketika kamu harus ke Pontianak, jangan sia-siakan kesempatan untuk mengunjungi Tugu Khatulistiwa. Ini adalah icon Kota Pontianak gaes. Kalau kalian berhasil sampai kesini, selamat! Kamu sudah merasakan bagaimana berada di jalur khatulistiwa, titik garis nol bumi. Cuman ada 12 negara di dunia ini yang dilewati oleh garis Khatulistiwa, dan Indonesia adalah salah satu diantaranya, tepatnya di Kota Pontianak. 

museum-tugu-khatulistiwa-pontianak-kalimantan-barat-ajengmas-blogger

Untuk masuk ke kawasan Tugu Khatulistiwa, kita hanya perlu membayar tiket masuk seharga Rp 5.000,- saja. Begitu masuk ke lokasi, bisa langsung terlihat ada bangunan tugu bueeesaaarr yang menyerupai Tugu Khatulistiwa (ini hanya replikanya saja ya). Tugu aslinya pertama kali dibuat pada tahun 1928 dengan bentuk yang hanya berupa tonggak dengan tanda panah. Dua tahun kemudian, tugu disempurnakan berbentuk tonggak dengan lingkaran dan tanda panah. Nah, pada tahun 1938 oleh Opsiter/Architech Silaban tugu dibangun kembali dengan bentuknya seperti yang ada pada foto saya di atas. Lokasi tugu aslinya ada di dalam gedung museum yang dibuka setiap harinya dari jam 07:30 sampai jam 19:00

Sebagai kenang-kenangan dari Tugu Khatulistiwa ini, setiap pengunjung bisa meminta sertifikat kepada petugas museum sebagai cindera mata telah berkunjung ke perlintasan khatulistiwa. Tenang saja, sertifikat ini diberikan secara gratis 😍

museum-tugu-khatulistiwa-pontianak-kalimantan-barat-ajengmas-blogger
Lokasi area Tugu Khatulistiwa ini luaaas banget dan berada di dekat sungai Kapuas. Sewaktu mengunjunginya kemarin, ternyata tidak seramai yang saya bayangkan, sepi. Di foto yang ada di atas itu, sebetulnya adalah kawasan kuliner, sayangnya saat itu entah kenapa pada tutup. Hanya ada beberapa wisatawan asing dan lokal yang berkunjung kesana. Mungkin karena waktu itu bukan weekend yaa. Saya juga baru tau kalau untuk bisa menikmati sensasi titik kulminasi matahari di Tugu Khatulistiwa ini, hanya bisa dilakukan pada bulan Maret dan September, tepatnya pada tanggal 21-23.

Titik kulminasi matahari adalah fenomena alam ketika matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi.  - Sumber dari Wikipedia

titik-kulminasi-museum-tugu-khatulistiwa-pontianak-kalimantan-barat-ajengmas-blogger
Lokasi titik kulminasi matahari berada di lantai berwarna hitam di tengah-tengah tribun.
Penentuan lokasi ini sebelumnya sempat mengalami perubahan hingga pada akhirnya
Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan koreksi untuk
menentukan lokasi titik nol garis khatulistiwa di Kota Pontianak

Melewati Jembatan Kapuas

Destinasi selanjutnya yang harus dikunjungi adalah Alun Alun Kapuas Park. Disini kalian bisa naik kapal dua tingkat yang akan melintasi jembatan Kapuas. Perjalanan naik kapal ini sekitar 45 menit. Sepanjang perjalanan menyusuri pesisir sungai Kapuas, kita bisa menikmati pemandangan kampung pinggir sungai.

Di seberang sungai, bisa terlihat masjid besar dan bangunan Keraton Kadariah. Dari cerita yang saya dengar, ada yang menarik disekitar bangunan Masjid Jami' dan keraton tersebut. Disana ada sebuah perkampungan bernama Kampung Beting yang terkenal dengan sebutan Texas-nya Pontianak.

masjid-jami-pontianak-keraton-kadariah-kalimantan

Melewati masjid dan keraton, selanjutnya saya menemukan hal yang menarik lainnya. Di sepanjang sungai, saya melihat beberapa meriam yang diletakkan di pinggiran sungai, ternyata namanya Meriam Karbit. Meriam ini memang sengaja diletakkan disana dan akan digunakan pada saat acara festival meriam yang diselenggarakan saat menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Nggak kebayang betapa ramai riuhnya yaa kalau meriamnya diletuskan 😄

meriam-karbit-pontianak

Perjalanan naik kapal ini diakhiri dengan berwefie, hehehe. Sebagai pengingat momen menikmati pemandangan sunset sambil melewati pesisir sungai Kapuas. Perjalanan saya menyusuri Kota Pontianak tidak berhenti sampai disini saja. Well, rasanya nggak afdhol ya kalau cuman jalan-jalan aja tanpa mencicip makanan khas Pontianak 😁 Buat yang penasaran dan kepo pengen cobain makanan khas Pontianak, cekidot ke postingan selanjutnya disini : Kulineran Chai Kwe Halal Khas Pontianak



Bye bye Kalimantan 👋 sampai jumpa di kesempatan berikutnya. Siapa tau besok saya mengunjungimu lagi dengan keadaan yang lebih menyenangkan 😉 The future ain't so bad, even without rose-colored glasses.

ʙᴀᴄᴀ ᴊᴜɢᴀ : Kulineran Chai Kwe Halal Khas Pontianak

27 Juni 2017

ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo
Diambil sewaktu transit di Bandara Sultan Hasanudin Makassar
Alohaaaa, akhirnya kembali lagi saya posting tentang belahan kota lain diluar Jawa, hehehe. Mohon diingat yaa, ini bukan jalan-jalan tapi dinas, teman-teman. Yaaa alhamdulillahnya meski mengemban tugas yang seringkali menguras energi, saya masih diberi kesempatan buat nyempil jalan ke tempat-tempat khas daerah, yang kali ini di pulau Sulawesi (lagi) 😆

Tepatnya akhir tahun 2016 kemarin, berhasil menyelesaikan misi di Propinsi Gorontalo. Project selesai itu berarti tanda kesibukan baru akan dimulai. Berjudul : Implementasi Sistem, adalah PR ter-seru yang harus digarap bersama-sama, ya sama tim, ya sama klien. Berharap perjalanan implementasinya bisa smooth dan bikin happy kedua belah pihak. Amin.

Kali pertama banget berinteraksi sama bapak ibu disana. Masih pendekatan gitu ceritanya, hahaha.
Tentang Gorontalo, yang mungkin bakalan nggak terlupa selain kliennya yang super duper menyenangkan (halo, Pak Anto 😎) saya dan Genk Avenger demi misi membawa pulang Berita Acara Serah Terima (BAST), kami harus lemburan di kampus sampai jam 2 dini hari. Padahal waktu hari itu, kami seharian flight dari Jogja-Makassar-Gorontalo, landing jam 9 malem, langsung cus ke kampus. Beneran deh, rasanya absurd banget waktu itu. The power of kepepet itu emang ajaib! *Tapi kalo sering-sering juga mabok*.

Selain ke-absurd-an soal itu, di Gorontalo ada banyak hal yang bisa bikin kangen, dan kesemuanya pengen saya abadikan di satu postingan ini.

1_Alat Transportasi, Bentor

bentor-becak-motor-gorontalo-ajengmas

Di Gorontalo itu nggak ada taksi sama sekali. Kalau mau muter-muter kota Gorontalo, paling gampang pakai becak motor (baca : bentor). Waktu disana, pedoman saya cuman tiga hal, signal kuat Telkom*sel, GPS, sama handphone full battery, udah. Gunanya apa? Biar kita bisa ngira-ngira seberapa jauh jarak tujuan kita dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari situ, bisa buat modal nawar biaya perjalanan naik bentor, hehe. Sayangnya sih bentor cuman bisa ngangkut penumpang maksimal 2 orang aja, kecuali temenmu mau disuruh duduk bareng pak sopir di belakang (siapa tau ganteng). Oiya, tips naik bentor, pakailah sweater, soalnya semribiiit anginnya warrr werr.

2_Monumen Perjuangan Nani Wartabone

blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-monumen-noni-wartabone
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-monumen-noni-wartabone
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-monumen-noni-wartabone

Monumen ini letaknya di tengah pusat kota. Waktu itu saya kesana sore hari, dan rame ternyata. Di sekitar monumen ada beberapa lapak penjual jajanan ringan. Banyak juga anak-anak kecil yang pada main sepatu roda. Ini jadi semacam tempat kongkow gitu sih sepertinya di Gorontalo.

By the way, saya jadi kepo siapa itu Nani Wartabone, kemudian googling...

"...Ia seorang pejuang yang aktif berorganisasi dan berjuang melawan kolonialisme di daerahnya pada masa perjuangan kemerdekaan. Ia mulai berjuang dengan mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua PNI Cabang Gorontalo." Dikutip dari Wikipedia

Nah, triggernya sewaktu tanggal 23 Januari 1942 itu, Nani Wartabone memimpin rakyat dari Suwawa dan Gorontalo untuk menurunkan bendera Belanda kemudian mengibarkan bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Waktu itu sepertinya semacam memanfaatkan momen ketika Jepang mulai masuk ke Indonesia sedangkan Belanda mulai ketakutan dan mundur teratur. Hmmm...

3_Masjid Baiturrahman Limboto

blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-masjid-baiturrahman-limboto
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-masjid-baiturrahman-limboto
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-masjid-baiturrahman-limboto
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-masjid-baiturrahman-limboto

Masjid ini adalah masjid terbesar di kabupaten Gorontalo. Letaknya cuman sekitar 20 meter dari Menara Eiffel. Iya, Menara Eiffel. Serius, Menara Eiffel Coret 😂 alias Menara Keagungan Limboto.

4_Menara Keagungan Limboto (Menara Eiffel)

blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-menara-keagungan-limboto
"a" mean Ajengmas 😜 Sandal hotel every where ceritanya.
Sewaktu ke Menara Keagungan Limboto ini, saya cuman berkesempatan foto dari luar aja. Selain karena agak nggak terlalu penasaran sama bagian dalemnya, waktu itu juga kami keburu harus segera sampai di bandara buat balik ke Jogja. Menara ini terdiri dari 5 lantai, ada lift yang bisa menuju sampai dengan lantai 3, selebihnya kita harus naik lewat anak tangga. Di lantai paling atas kita bisa lihat pemandangan Kota Gorontalo dari ketinggian. Sempet googling, ternyata pernah ada kejadian nyeremin di menara ini 😳 *agak spooky gitu*.

5_Rumah Adat Dulohupa

ajengmas-rumah-adat-dulohupa-gorontalo-sulawesi
ajengmas-rumah-adat-dulohupa-gorontalo-sulawesi
ajengmas-rumah-adat-dulohupa-gorontalo-sulawesi
ajengmas-rumah-adat-dulohupa-gorontalo-sulawesi

6_Pia Kering, Oleh-oleh Khas Gorontalo

oleh-oleh-khas-gorontalo-pia-saronde
oleh-oleh-khas-gorontalo-pia-saronde

Waktu kunjungan awal banget, saya cuman bisa mampir ke Toko Pia Saronde. Lokasinya deket banget sama Hotel Amaris tempat saya menginap. Sebetulnya sih ada yang lebih enak, Pia Extra namanya, lebih empuk dan rasa cokelatnya lebih berasa cokelat 🙁 Pia Saronde ini kering banget teksturnya. Isinya macem-macem, ada cokelat, keju, susu, durian, cokelat kacang, kacang ijo, dll. Harganya sekitar 40ribuan per-pack, 1 pack isinya 10 biji.

oleh-oleh-khas-gorontalo-pia-saronde
oleh-oleh-khas-gorontalo-pia-saronde

7_Pisang Goroho

Kayak gini nih bentukan-nya Pisang Goroho 😅 Sekilas memang kayak pisang goreng biasa ya? Pisang Goroho itu pisang goreng tapi rasanya mirip kayak sukun dan sebelas dua belas kayak kentang goreng. Nah lho, bisa kebayang nggak rasanya? Jadi nggak ada manis-manisnya sama sekali. Cara makannya dicocol pakai sambel merah. Sambel merah di Gorontalo beda jauh sama sambel di Jawa, pedesnya enyak, nggigit! Pisang Goroho ini bisa kita dapetin dimana aja. Bahkan ini jadi menu cemilan di kafe lho.

pisang-goroho-gorontalo

Itu dia 7 hal dari Gorontalo yang kesemuanya bisa dijangkau bentor, hahaha. Semuanya ngangenin. Perjalanannya, orang-orangnya, dan rekan tim yang menemani saya kesana, masing-masing punya tempat di setiap memori saya. Alhamdulillah. Postingan saya yang seperti ini bisa dibilang semacam peninggalan jejak kaki. Memori saya seluruhnya tentunya nggak bisa dituangkan sekaligus. Tapi setidaknya, dengan meninggalkan jejak ini, esok hari entah kapan dikala saya kangen, saya bisa dengan cepat mengingat lagi momen itu.

1 Desember 2016

kota-cengkeh-tolitoli-sulteng-sulawesi

Kalau biasanya pada bilang September ceria, buat saya kali ini Oktober ceria! Kenapa? Di bulan Oktober ini saya diberkahi kesempatan untuk menyambangi lagi pulau yang selalu memberikan cerita unik untuk saya, Sulawesi.

8 November 2016

hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang
hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang

Beberapa waktu lalu, saya bersama blogger Jogja lainnya mendapatkan kesempatan diundang oleh Mbak Firdha, selaku marketing communications coordinator dari Kagum Hotel, untuk mengunjungi hotel berbintang 4 di Jogja yang berkonsep syariah, Grand Seriti Madani Hotel dari Kagum Hotel.

Excited banget! Jelas saya excited dan semangat setelah kepo sana sini tentang Grand Seriti Madani Hotel. Berkonsep syariah, tapi juga berbintang 4, jadi bikin saya penasaran bagaimana desain interior dan suasana unik yang akan saya rasakan di hotel ini.

hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang

Jl. Magelang km. 4 No.145
Sinduadi, Mlati, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55284
☎ (0274) 2921188

Hotel Grand Seriti Madani terletak di lokasi yang cukup strategis. Buat yang bukan orang Jogja, fyi aja nih yaa, Jl. Magelang itu meskipun bukan di pusat kota, tapi rame dan serba ada. Dari hotel ini kearah utara ada Jogja City Mall, nggak jauh dari swalayan dan apotek, dan pusat hiburan & belanja. Nah, meskipun berada di pinggir jalan besar, ketika pertama kali masuk ke hotel ini, saya tetap bisa merasakan suasana tenang, desain interior hotel ini mengusung konsep arabian style dan membuat saya berasa kayak lagi di Turki atau Istanbul.

hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang-adreena-restaurant
hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang-adreena-restaurant

Karena mengusung konsep syariah, saya sempat penasaran, apakah ada aturan tertentu pada saat melakukan check in kamar, apakah bakalan lebih ribet atau gimana? Ternyata nggak. Tamu hotel cukup menyetujui aturan muhrim yang berlaku dan meskipun hotel ini mengusung konsep syariah, bukan berarti pula yang non muslim nggak boleh menginap disini, hehe. Hotel ini menurut saya tetap nyaman untuk siapa saja, baik untuk family holiday maupun corporate activities.


hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang
hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang
hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang
hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang

Yang membuat Hotel Grand Seriti Madani ini berbeda dari hotel berbintang lainnya adalah sapaan salam, Asalamualaikum yang selalu terdengar dari setiap staff hotel. Selain itu di setiap kamarnya disediakan mukena dan sajadah, serta alat ibadah lainnya. Saat memasuki waktu sholat pun, di koridor kamar hotel juga akan diperdengarkan adzan. Bahkan, hotel ini juga menyediakan service Tahajud Call jika tamu hotel menginginkan untuk dibangunkan pada saat sholat malam. Islami banget yah 😇

mushola-hotel-syariah-jogja-grand-seriti-madani-bintang4-berbintang-jalan-magelang

Restaurant, ballroom, meeting room, mushola, adalah beberapa fasilitas yang disediakan di hotel ini. Mushola yang luas dan tentunya terjaga kebersihannya, sudah menjadi standar yang harus dipenuhi oleh hotel syariah, dan Grand Seriti Madani tentunya sangat memperhatikan hal itu. Sekilas bisa terlihat kan, mushola yang disediakan cukup luas dan bersih ✨ Udah gitu photoable banget lagi, hihihi.

In frame : Deniathly, Mbak Firdha, Junno Aggy, Saya, Andhika Lady
Once again, many thanks and super bighug to Mbak Firdha 😙 Terimakasih sudah mengenalkan saya dengan hotel ini. Kesan pertama dengan hotel ini adalah keramahan yang islami. Dari staff sampai bapak satpamnya ramah-ramah semua dan murah senyum. Sampai jumpa lagi di event selanjutnya 😊

26 Juni 2016



Hai kawans, apa kabar bulan Juni mu?
Bulan Ramadhan kali ini, banyak sekali berkah yang saya rasakan. Alhamdulillah. Kesempatan, harapan, ilmu, pengetahuan, kawan baru, semuanya hadir dalam tempo yang indah.

Dan cerita yang saya bawa dari Palu, Sulawesi Tengah ini rasanya harus pula saya bagikan disini. Bekerja di hari puasa, presentasi, bertemu dengan rekan baru yang energic dan menyenangkan, Mbak Rani. Energi saya lumayan habis terkuras buat ketawa, ketawa, ketawa lagi, ketawa terus, sampai dari yang mau masuk angin, nggak jadi, masuk angin lagi, nggak jadi lagi. Serius.


Perjalanan menuju kampus Universitas Alkhairaat Palu, membuat saya berdecak kagum dengan eksotisme kota ini. Jalanan yang lengang, tanpa macet, tanpa ugal-ugalan kendaraan berlalu-lalang, kemudian disambut dengan pemandangan bukit & laut yang mashaAllah, entah harus berapa kali saya mengucap syukur bisa melihat pemandangan se-eksotis itu.

Bahkan background pemandangan kampusnya aja bukit yang membentang sodara sodara!
Show must go on, meskipun agak bindeng & hidung sedikit mampet (karena flu bukan bukan karena pesek :p).
Sore harinya, kami diajak ke tempat-tempat eksotis yang ada di Kota Palu. Meskipun tidak semua kami jajahi, tapi ini saja sudah syukur alhamdulillah. Dimulai dari melihat pemandangan Kota Palu dari atas Tugu Perdamaian Nosarara-Nosabatutu, pergi ke bukit bintang melihat pemandangan lampu-lampu Kota Palu di malam hari, sampai dengan mencicipi somay yang kalo di Jogja nyebutnya bakso pentolan. Hahaha.


Jika suatu saat nanti kalian singgah di kota ini, jangan lupa untuk membawa pulang oleh-oleh bawang goreng dan pernak pernik souvenir pajangan khas Kota Palu yang terbuat dari kayu Ebony. Harganya? Masih masuk kantong kok, tenang.


Oiya, selain bawang goreng yang sudah menjadi ke-khas-an Kota Palu, ada juga makanan khas yang wajib kalian coba, namanya Kaledo. Rasanya seperti sop daging segar dan biasanya dimakan bersama ubi yang dikukus. Yang special sih Kaledo yang ada sum sum tulangnya. Kalau kalian familiar dengan masakan Tengkleng, nah, makannya nanti seperti makan tengkleng, disedot-sedot gitu daging-daging yang ada di dalam tulangnya 😁


Gegara pertanyaan iseng kami ke Mbak Rani tentang bakso tusuk, berujung pada diantarnya kami menuju penjual somay yang laris banget di daerah Palu. Mas Iwan ini pedagang somay keliling yang kata Mbak Rani ngehitz banget. Asalnya dari Jawa Tengah dan sudah belasan tahun tinggal di Kota Palu ini. Suka mangkal di daerah Pertokoan.

Somay sih namanya, tapi ada rasa dagingnya. Kalo di Jogja sih, ini semacam bakso tusuk atau bakso pentolan.
Kalo disini disebut somay mungkin karna pakai bumbu kacang halus.

Terimakasih untuk canda tawanya, terimakasih untuk cerita, kisah, dan momen yang sudah terjadi ini. Semoga keindahan kota ini dan masyarakatnya selalu berada dalam lindungan Tuhan. Postingan ini saya persembahkan untuk Aninda Nugraheni & Mbak Rani. Sampai jumpa lagi, a wonderful town, a wonderful people :) 

Instagram

Diary Baik Hari Ini. Theme by STS.