Diary

22 Oktober 2015

hmjti-stmik-akakom

Hampir selama 4 tahun sudah baju itu menemani proses saya dari remaja yang idealis dan self-minded menjadi seseorang yang mungkin anda kenal sekarang ini. Dari awal pertemuan 'kami', hal yang begitu saya yakini adalah, lewat baju itu saya yakin kehidupan perkuliahan saya nggak akan sia-sia. Konflik, pressure, target, dan keseimbangan. Semua itu saya rasakan begitu bergejolak di awal-awal perkuliahan. Dan saya menerimanya sebagai tanggung jawab.

Pulang larut malam, rapat sampai jam 9 bahkan jam 10 malam. Hari libur masih berkutat dengan Draft Acara, Teknis Acara, hingga yang paling populer, Teknis Lapangan, di saat teman yang lain sudah mudik liburan.

Bangga sekali rasanya kala itu, duduk di barisan paling depan, berhadapan dengan konflik kecil dan besar, menjadi penentu kebijakan dan keputusan, memainkan peran dengan sedikit ala politik. Dan berujung pada disuguhi cemilan gorengan tempe, tahu, pisang dan molen yang hangatnya masih terasa hingga sekarang.

Titik balik yang paling saya rasakan adalah ketika diberi kepercayan untuk menjadi Wakil Ketua kala itu. Belajar bagaimana untuk bisa menerima kritik sepedas apapun, belajar untuk bisa menyampaikan pendapat dengan tetap santun karna tuntutan posisi kala itu, belajar untuk bisa "mengendalikan" dan "memaksa" orang lain agar sesuai dengan pola yang sudah saya buat, belajar untuk bisa lebih mendengarkan daripada berbicara, belajar untuk bisa menerima bahwa kesalahan tim adalah kesalahan saya, semua itu berujung pada titik "mengendalikan ego".

Tapi sekarang, berada pada tahap ini, menengok kembali masa silam, yang dulu terasanya begitu berat, sekarang saya tersenyum dan bersyukur. Belum, ini masih belum apa-apa, namun tanpa proses itu, sepertinya saya tak bisa menghadapi segala hal yang terjadi sebaik seperti ini.

Terimakasih atas proses itu, terimakasih sudah pernah hadir dalam hidup saya,
Terimakasih,
HMJ TI STMIK AKAKOM Yogyakarta

24 September 2015


Menemukan beberapa hal dalam hidup yang membuat kita kecewa memang sesak rasanya.
Tapi, hal itu harus dihadapi bagaimanapun caranya.

Bagaimanapun caranya harus dihadapi dengan cara yang baik.
Dengan sadar sepenuhnya.

Jika ada rasa kesal dan perlu diungkapkan, luapkanlah. Luapkan bersama orang-orang yang bisa kamu percaya. Karena orang-orang itulah yang mengerti bagaimana kamu sebenarnya. Bahwa sikap yang (mungkin) akan terlihat buruk, bukan berarti membuatmu tampak buruk, karena mereka mengerti. Bukan karena mereka melihat.



Picture by Dream Wallpaper | Edited by ARK

8 September 2015


arktoldyou-my-way

25 Agustus 2015


Jakarta,

Tempat di mana saya harus hampir menahan sesak di dada.
Tempat di mana saya merasa benar-benar ditempa.
Tempat yang membuat saya harus mengucapkan kata terima kasih.

Karena tanpa Jakarta kala itu, mungkin kesempatan yang lain, yang sekarang saya dapatkan, tak akan bisa saya lewati dengan senyuman seperti sekarang.

- Sedang sangat bersyukur, Yogyakarta.

20 Agustus 2015


Bicara soal cita-cita. Saya iri melihat banyak orang diluar sana yang sudah tau sedari awal ingin jadi apa mereka nanti. Rasanya mereka tak ada waktu untuk berpikir takut ini dan itu. Mulai dari karir, hobi, kesukaan, ambisi yang mereka kejar, menuntun mereka menjadi seseorang yang mereka inginkan. Saya? Hmm. Sepertinya masih berjalan tertatih. Masih mencari jalan untuk menemukan dan hingga akhirnya nanti bisa menentukan.

Pagi ini, saat jari jemari tangan berlari kecil di feed Instagram, saya menemukan sebuah foto dengan kalimat yang serupa seperti di atas. Seketika, pikiran ini mulai menuntun saya untuk : Ya, saya ingin menjadi orang yang seperti itu. Apapun pekerjaan saya, bagaimanapun lingkungan sekitar saya, saya ingin menjadi orang seperti itu. Pikiran itu, menuntun saya untuk : Lakukan yang terbaik dan terus lakukan yang terbaik. Karena hasil akhir itu hanyalah dampak dari sebuah proses kan? 

  Berproseslah,  
  dengan sebaik yang kamu inginkan.  

19 Juli 2015


Alhamdulillah, tahun ini bisa merayakan Idul Fitri yang ke-24. Menikmati lagi opor ayam + sambel goreng kentang pake pete sama krecek yang ... yang ... *laper lagi*.

Seperti biasa, selalu ada kejutan baru di hari lebaran. Kejutan yang menyesakkan hati, membahagiakan, dan membuat berseri-seri. Semua itu, apapun itu, Alhamdulillah dan terimakasih Ya Allah, sudah selalu menganugerahi warna di hidupku. Aku sadar, nantinya warna warni itu akan jadi pelangi yang indah suatu saat nanti. Amin.

Dan karena momennya adalah lebaranan, biasanya sih yaa banyak toko-toko yang pada sale habis-habisan. Salah satunya ya ZALORA. Gara-gara kemarin ini sepulang dari sowan ke tempat simbah, saya dapet newsletter diskonan up to 70%! Setan banget kan? Ya jadi tergodalah saya buka tuh link ZALORA.

Scroll down, scroll down, nggak ada yang tertarik. Next page, next, hmm masih belum tergoda. Lalu, tepat di page ke-10, jeng jeng jeng!


Mukenah terusan bahan parasit yang sudah lama saya cari. Saya terharu. Kok ya ngepasi sih, pas lagi nyari, pas lagi ada rejeki, pas juga diskonnya mashaAllah :') Ah, ini namanya rejeki anak sholehah. Langsung deh tanpa babibu order aja daripada kehabisan stok.

Ini pertama kalinya saya belanja di ZALORA. Item pertama, dan itu mukena, duh makin berasa sholehah *kayang*. Cupu sih emang, udah dari kapan nih olshop ada, tapi baru sekarang order. Habisnya sih, kemarin-kemarin nggak ada yang menarik hati. Pengalaman belanja di ZALORA :

  1. Item yang dijual di-display dengan cukup detil. Foto tersedia dari berbagai sisi. Dan itu salah satu hal yang bisa bikin pelanggan bakal jadi order. Kenapa? Soalnya saya terus jadi mbayangin : kalo dari depan, oke sih, lucu kok, dari belakang, mmm, nggak masalah, dari samping, ah iyaa makin keliatan kece, detil bordirnya, ah iyaa, cantik. Nah, bumbu-bumbu pikiran kayak gitu tuh yang jadi akhirnya bikin saya nggak kuat nahan jempol buat klik PESAN.
  2. Fasilitas untuk bisa bayar di tempat. Kan jadinya nggak perlu klak klik buat transfer lewat e-banking lagi, tinggal tunggu aja barang dateng, bayar, selesai deh. Agak kaget juga, karena total pembelian yang cuman sekitar 50ribuan tetep bisa pake metode pembayaran COD.
Saya sering juga belanja online di toko online lainnya, dan 2 hal itu yang berkesan sewaktu belanja di ZALORA. 

Aah, tak sabar rasanya nunggu mukena saya datang. Semoga sesuai sama yang sudah saya bayangkan. Happy happy happy. Happy Eid Mubarak 2015 :)

Instagram

Diary Baik Hari Ini. Theme by STS.