Jambi dan Suka Dukanya / Part 1

Jambi, Jambi City, Jambi, Indonesia
Aloha! Alhamdulillah, lagi-lagi diberi kesempatan untuk pergi ke tanah Sumatera. Kali ini saya menjelajah sebagian Kota Jambi dan mendapati bahwa perjalanan ini banyak kejadian yang sulit untuk terlupa.

Kalau di Jogja ada Dagadu, di Bali ada Joger, di Jambi ada Jakoz (Jambi Punya Kaos).

Kota Jambi, kota yang dikenal dengan 3 musim yang ada disepanjang tahun, yaitu : musim hujan, musim kemarau, dan musim asap.

*ini yang bilang orang Jambi sendiri yaa* :)))

Begitu keluar dari pesawat, bau asap yang terasa pekat bisa langsung tercium. Menurut saya sih, yang kemarin ini udah cukup tebal asapnya, tapi kata bapak baik hati dari kampusnya bilang kalau kondisi seperti ini bukan apa-apa, malahan agak mendingan. *cuma bisa mlongo*

Kurang lebih selama 4 hari kami berpetualang di Jambi, selain tentunya bergelut dengan presentasi, diskusi, dan bertukar pikiran dengan klien, kami diajak berkunjung ke tempat-tempat eksotis Jambi di malam harinya.

MASJID AGUNG AL FALAH

Adalah masjid yang mendapat julukan Masjid 1000 Tiang. Masjid yang terletak di pusat kota Jambi ini ternyata dulunya adalah lokasi pusat kerajaan Melayu Jambi.

Masjid ini dibangun dengan model area terbuka, tidak ada pintu yang membatasi, hanya pagar setinggi kurang lebih 1 meter saja yang mengelingi. Sehingga saat pertama kali sampai, langsung terasa sekali area lapang di masjid ini.


Dan ternyataaa, bangunan masjid ini sudah diresmikan sejak jaman periode pemerintahan Bapak Soeharto! Tepatnya pada tanggal 29 September 1980, whooaa udah lama juga ternyata.

Sayangnya saya hanya bisa mengabadikan kemegahan arsitektur masjid ini dari tampak dalam. Aslinya, kalau dilihat dari luar, lampu-lampu terang berwarna putih yang menghiasi bangunan masjid ini membuat masjid ini makin waaaah dari luar.

Jarak tempuh dari hotel kami menginap ke Masjid Agung Al Falah ini sekitar 20 menit.


HARU BIRU DIMULAI

Selain asapnya yang pekat dan tak terlupakan itu, bagian lain dari perjalanan di Jambi ini adalah untuk pertama kalinya kami merasakan bagaimana deg-degannya menunggu delay 7 jam lamanya. Tanpa kepastian. Leher punggung pegal-pegal akibat keseringan duduk (angkat pantat hilang tempat soalnya). Kelaparan, menunggu kepastian, ngenes gitu lah rasanya. 

Tapi kami tetep bisa happy karena ketemu dengan orang-orang baik :
  1. Mas mas jaksa yang tampak sudah sangat lihai menghadapi situasi carut marut ketidakpastian yang selama ini dilakukan oleh maskapai di bandara Sultan Thaha dan memberikan tips perjalanan pulang untuk kami (pulang naik bus aja mbak, terus naik kapal, nyebrang ke pulau Jawa *kemudian lemes kami dengernya*).
  2. Bapak bapak yang sedang kuliah S3 yang dengan baik hati memberikan kami oleh-oleh Teh Kerinci kualitas 1 yang hanya diperuntukkan untuk export dan nggak dijual di tempat umum (konon sih infonya harganya mihil gitu).
  3. Ibu ibu yang pergi rombongan bersama suami, anak, dan cucunya yang menggemaskan, yang sudah baik hati ngasih kami kue Hatari.
  4. Ibu ibu penjual Pop Mie yang mengingat muka kami dan dengan baik hati nyari-nyari kami cuman buat memberikan 2 porsi terakhir air panas untuk dibuatkan Pop Mie, hanya buat kami :")
Kondisi di ruang tunggu bandara Sultan Thaha Jambi yang penuh sesak dipenuhi korban delay dikarenakan asap pekat yang masih menyelimuti kota Jambi kala itu.

Aah, rasanya, beneran merugi kalau seandainya saat itu kami acuh tak acuh aja dan cuman mengeluh sana sini.

Lalu, untuk pertama kalinya lagi, kami merasakan euforia bagaimana rasa bahagia, lega akhirnya pesawat kami diberangkatkan pada hari itu juga. Penantian panjang kami nggak sia-sia. Pukul 21:30, akhirnya pesawat kami berangkat menuju Jakarta.

Bye bye Jambi!
23:00 Selamat datang di Bandara Soekarno Hatta. Mata sayu, lelah, lunglai, dan bete. Bete karena pada akhirnya kami harus menunggu lagi kepastian akan menginap dan istirahat dimana.


Dikarenakan flight kami ke Jogja yg paling pagi adalah jam 05:00 P.A.G.I *rasanya mau pingsan denger ini* dan dikarenakan pihak maskapai (katanya) nggak dapet hotel buat menginapkan kami, jadilah ruang informasi bandara kami kudeta buat tidur dan istirahat. 

Ada yang melihat sesosok wanita terbujur kaku & pegel disudut kolong meja itu?
Edyan. Awak remuk nek ngene iki carane :))))) 

Rasanya malam itu, bandara CGK berasa kayak kutub! AC central dimana-mana! Damn. Saya menyesal harus menyepelekan alat perang saya untuk saya tinggal di rumah (baca : kaos kaki tebel + jaket tebal + minyak angin), kapok sudah.

Lalala, begitulah Jambi dan suka dukanya, di setiap perjalanan dinas memang akan selalu ada aja kejadian yang bikin cengengas cengenges dewe. Nganyelke ati, tapi ya geli sendiri kalo inget kejadian itu kami lalui. Daaan ini dia partner in crime saya di Jambi kala itu :

Kawan seperjuangan saya (Linda & Arif) .
Kalau di Part 1 ini banyak kejadian mengharu biru, di Part 2 ini saya berubah jadi anak gahol Jambi, gimana keseruannya jadi anak gahol Jambi? Tunggu postingan selanjutnya yaaa, bye bye!

4 komentar

  1. Gahol itu maksudnya gaul ya... #BerasaNoraGue

    BalasHapus
    Balasan
    1. benerrrr :)) begitu maksudnya, hahaha.

      Hapus
  2. foto2nya keren2 dek... Aku belum pernah liat kota Jambi dan lumayan deh dapat pengetahuan dari postingan ini ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasiiih mbak Ria :) newbie masih belajar ini mbak, sambil belajar dari blog mbak Ria juga, hehe.
      soon mau posting tentang hal lain yg menarik dari Jambi mbak, ditunggu mampir kembali.

      Hapus

Instagram

Diary Baik Hari Ini. Theme by STS.