17 Agustus 2015

Alhamdulillah, perjalanan dinas kali ini diberi kesempatan (lagi) untuk menginjak tanah Sumatera. Tepatnya, Padang, Sumatera Barat.


Dimulailah perjalanan kami dari Jogja dengan hati riang gembira tralalala. Ini PD luar Jawa pertama buat rekan saya, dan PD pertama juga ke Padang, buat saya.

Menginjakkan kaki di kota Padang, mata saya langsung berbinar saat melihat atap rumah minangkabau. Gagah, garang, dan istimewa.

Hari pertama selesai bertugas, kami diajak berkeliling kota Padang, mencicipi es durian yang legit di Iko Nantinya, melewati pesisir laut, dan tentunya, nyebrang diatas Jembatan Siti Nurbaya.

Untuk beberapa orang, ada kejadian menggelikan di sini, jadi rasanya tempat ini perlu saya abadikan :))))
Es durian Iko Gantinyo

Sudah jauh-jauh sampai Padang, rasanya rugi kalau nggak sekalian mampir ke kampus kebanggaan masyarakat Padang, Universitas Andalas. Bangunan kampus ini ruar biasa banget! Arsitekturnya gagah, mungkin karena luasnya kawasan kampus dan kebetulan berada di atas dataran tinggi. Gedung di Universitas Andalas hampir semua sengaja nggak dicat berwarna. Bagian luarnya cuman disemen gitu aja, tapi justru itu daya tariknya menurut saya.


5 hari, waktu yang diberikan pada kami untuk menyelesaikan tugas di sini. Syukurnya di hari terakhir kunjungan kami ke kampus, masih sempat untuk bisa menempuh perjalanan ke Bukit Tinggi.

Hampir 2 jam perjalanan darat berhasil membius kami semua, yeeah, tepar, dan ngiler. Hahaha. Tapi begitu sampai di kota Padang Panjang, cuman ada kalimat waaah, waaaaahhh, whoaaaaahhhh yg terlontar. Sepanjang jalan, sawah hijau terbentang luas! Aaah, istimewa!

Jam 18:00 tibalah kami di Bukit Tinggi! Yeeeaah! Tujuan utama kesini, tentunya selfie bersama Jam Gadang. Ada yang tau keanehan apa yang ada di Jam Gadang?


Hari terakhir di kota Padang, kami sempatkan buat berkunjung ke Museum Adityawarman. Ini adalah museum milik Provinsi Sumatera Barat yang dikelola oleh pemerintah Kota Padang. Akhirnya bisa melihat bangunan atap minangkabau dari jarak dekat.


Ini view tampak depan museum dari sisi kiri, tengah, kanan. Klik aja fotonya kalau pengen liat full size.
Halaman museum ini luaaaass banget! Dan sering dijadikan tempat untuk acara-acara pagelaran seni di Padang. Ini foto bagian depan sisi kiri dan kanan.

Bagian dalam museum ini berisi benda-benda khas Minang. Mulai dari kain, dekorasi pernikahan, baju adat, alat songket. Cerita lengkapnya, baca post saya yang lain disini.

Lokasi Museum Adityawarman nggak jauh dari tempat kami menginap.


Masih ada beberapa tempat yg belum ter-checklist :
  1. Masjid Raya Sumatera Barat
  2. Pasar Raya Padang
  3. Pantai Batu Malin Kundang
InshaAllah, semoga esok masih diberi kesempatan lagi untuk singgah di kota ini. Tugas masih belum selesai, sekarang waktunya kembali berkutat dengan berburu bugs. Ganbate!

[ UPDATED ]

Di kunjungan selanjutnya, rasa penasaran saya berakhir, karna bisa menyambangi masjid yang paling gagah di Padang, yaitu Masjid Raya Sumatera Barat.


As you can see, we smiiiilee. Yes of course, because we are so happy! Happy, karena agenda untuk pelatihan alhamdulillah tidak ada kendala yang berarti, koneksi di kampus lancar jaya. Selain itu karena hari itu bertepatan sama ulang tahun si bumil, dan kami berhasil ngasih surprise buat dia (dan berhasil juga coret-coret cermin hotel pakai lipstick merah). Terimakasih Tuhan untuk berkah ini :)

review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas

Museum Adityawarman adalah museum milik Provinsi Sumatera Barat dan dikelola langsung oleh pemerintah Kota Padang.

review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
Klik untuk memperbesar foto.
Adityawarman merupakan pelanjut dari Dinasti Mauli penguasa pada Kerajaan Melayu yang sebelumnya beribu kota di Dharmasraya, dan dari manuskrip pengukuhannya ia menjadi penguasa di Malayapura Swarnnabhumi atau Kanakamedini pada tahun 1347 dengan gelar Maharajadiraja Srīmat Srī Udayādityawarma Pratāpaparākrama Rājendra Maulimāli Warmadewa, dan di kemudian hari ibu kota dari kerajaan ini pindah ke daerah pedalaman Minangkabau.

Nama museum ini memang diambil dari nama raja besar yang pernah berkuasa di dataran Sumatera. Sebelumnya saya mengira museum ini adalah museum milik pribadi, yaa mas mas bernama Aditya itu tadi, ealaaah ternyata bukan.

review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas

Waktu Kunjungan
Harga Karcis Masuk
Senin-Jum’at : 08.00 Wib s/d 16.00 WIB
Sabtu-Minggu : 08.30 Wib s/d 16.00
Senin : Tutup
*Hari besar dan libur nasional tetap buka
Anak-anak : Rp. 1.050,-
Dewasa : Rp. 2.050,-
Rombongan : Minimal 50 orang Discount 50 %
Begitu masuk ke dalam museum, kita disambut oleh dekorasi pernikahan adat Minang. Lengkap dengan pengantin dan kamar pengantinnya.

review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas

Kalau bicara soal pakaian adat tradisional minang untuk pernikahan, khusus untuk perempuan, ada aksesoris di kepala yang cantik banget, disebut Suntiang.

Suntiang, sebagai kekhasan pengantin Minangkabau Pesisir yang berasal dari daerah Padang Pariaman. Kembang-kembang suntiang ini umumnya bertingkat dengan ganjil dimulai dari tujuh tingkat hingga sebelas tingkat. Ada juga suntiang bertingkat mulai dari tiga hingga lima yang biasanya digunakan untuk pendamping pengantin atau dikenal juga dengan sebutan Pasumandan. Namun karena alasan kepraktisan dan menyesuaikan dengan bentuk wajah, kini tingkatan pada Suntiang dipertahankan ganjil namun jumlah tingkatannya disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan si pengantin. - Dikutip dari : sutanmudo.web.id


review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas

Di dalam museum ini banyak dipajang kain tradisional yang berasal dari 34 provinsi yang ada di Indonesia.

review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas

Kain tradisional dari Sabang sampai Merauke, semua ada di museum ini. Sayangnya nggak semua bisa saya abadikan. Kain tradisional ini dipajang di papan kaca setinggi kurang lebih 2,5 meter, nah salah satu yang membuat agak tidak nyaman adalah dikarenakan papan pajangan kain ini cukup tinggi, jadi menutupi cahaya yang masuk dari jendela dan membuat ruangan museum jadi terkesan gelap. Alhasil jadi sulit mengambil foto jika menggunakan ponsel.

review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
Kain Koffo yang berasal dari Sulawesi Utara. Terbuat dari bahan serat manilla atau serat pisang hutan.
review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
Papua
museum adityawarman
Maluku
museum adityawarman
Sulawesi Tenggara
review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas
Alat tenun untuk membuat kain songket.
review-wisata-museum-aditya-warman-sumatera-barat-sumbar-indonesia-padang-ajengmas-aksara-minangkabau
Aksara Minangkabau. Sekilas mirip huruf Arab yaa?
Di akhir kunjungan kami ke museum ini, tanpa sengaja kami disapa oleh Kepala Museum Adityawarman, Ibu Noviyanti yang kebetulan sedang sidak berkeliling museum. Kami diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan evaluasi untuk museum ini.

Aaah, senangnya, bersyukur karna diberi kesempatan untuk bisa singgah di Kota Padang dan menikmati keindahan alam & arsitektur bangunan khas minang yang atapnya istimewa itu, hihi. Semoga esok masih bisa jumpa lagi.

4 Agustus 2015

Perjalanan darat dari Jogja - Semarang - Rembang, begitu istimewa. Saya, lengkap dengan keluarga kecil saya, bisa mampir untuk melihat langsung keindahan perpaduan kultur yang terangkai di sebuah desain bangunan berbentuk masjid.

Masjid Menara Kudus


Awalnya saya search dengan keyword "Masjid Kudus" di google maps. Terkecoh karena ternyata ada juga Masjid Kudus yang letaknya di area alun-alun kota. Memang bener sih, nggak jauh dari alun-alun kota, tapi tempatnya agak masuk gang. Posisinya ada di dalam pemukiman warga.


Arsitektur masjid ini masih sangat kental dengan bangunan pura yang ada di Bali. Masih menggunakan batu bata merah yang disusun tinggi.

Sewaktu saya berkunjung kesana, ada banyak sekali masyarakat yang berdatangan ke Masjid Menara Kudus untuk memberikan doa di dekat makam Sunan Kudus.

Sayangnya, nggak banyak yang bisa saya dokumentasikan di sini. Hanya bisa share di pelataran masjidnya aja. Biarlah tersimpan di memory pikiran saya saja yah.

Masjid Agung Demak

menara yang berada di bagian depan sisi kanan masjid
Begitu pertama kali melihat bangunan masjid ini, satu kata yang terlintas di pikiran saya, Sederhana. Mungkin karena pengaruh material kayu yang mendominasi bangunan Masjid Agung Demak ini. Nuansa Jawa masih terasa sangat kental.

Memasuki pelataran masjid, di sisi sebelah kanan dari pintu masuk, terdapat bangunan bertuliskan Museum Masjid Agung Demak. Penasaran dengan isi dari museum, segera langkah kaki kami menuju kesana.


Untuk menikmati isi museum ini pengunjung tidak dipungut biaya sama sekali. Hanya saja ada pesan terpajang di dinding : "Mintalah ijin kepada petugas penjaga jika ingin mengambil foto".

soko guru yang pada jaman dahulu digunakan untuk menopang masjid

Dari sekian banyak benda-benda peninggalan jaman dahulu yang masih disimpan, 2 benda di atas yang menurut saya paling berkesan.
  1. Soko Guru yang dulu digunakan sebagai penopang bangunan masjid.
  2. Bedug Wali yang digunakan pada abad XV.
Pada masa pembangunan Masjid Agung Demak ini, sepertinya masih sangat dipengaruhi oleh kerajaan Majapahit. Saya sempat melihat ada lambang kerjaan Majapahit yang terukir di pintu masuk masjid. Pintu aslinya sih masih tersimpan dengan baik, sayangnya nggak saya jepret :(

Kesimpulan

Perjalanan kali ini menyenangkan sekaligus melelahkan! Menyenangkan karena setelah sekian lama nggak sempat buat jalan-jalan bareng keluarga, akhirnya di momen lebaran ini kami bisa jadi jalan bareng, meskipun keributan masih saja jadi teman perjalanan kami (semacam sayur tanpa garam gituh). Melelahkan karena saya tandem sama bapak buat jadi sopir (banyak di sayanya sih). Hehehe.

Gimana perjalanan mudikmu di lebaran tahun ini? Share yaa ;)

19 Juli 2015


Alhamdulillah, tahun ini bisa merayakan Idul Fitri yang ke-24. Menikmati lagi opor ayam + sambel goreng kentang pake pete sama krecek yang ... yang ... *laper lagi*.

Seperti biasa, selalu ada kejutan baru di hari lebaran. Kejutan yang menyesakkan hati, membahagiakan, dan membuat berseri-seri. Semua itu, apapun itu, Alhamdulillah dan terimakasih Ya Allah, sudah selalu menganugerahi warna di hidupku. Aku sadar, nantinya warna warni itu akan jadi pelangi yang indah suatu saat nanti. Amin.

Dan karena momennya adalah lebaranan, biasanya sih yaa banyak toko-toko yang pada sale habis-habisan. Salah satunya ya ZALORA. Gara-gara kemarin ini sepulang dari sowan ke tempat simbah, saya dapet newsletter diskonan up to 70%! Setan banget kan? Ya jadi tergodalah saya buka tuh link ZALORA.

Scroll down, scroll down, nggak ada yang tertarik. Next page, next, hmm masih belum tergoda. Lalu, tepat di page ke-10, jeng jeng jeng!


Mukenah terusan bahan parasit yang sudah lama saya cari. Saya terharu. Kok ya ngepasi sih, pas lagi nyari, pas lagi ada rejeki, pas juga diskonnya mashaAllah :') Ah, ini namanya rejeki anak sholehah. Langsung deh tanpa babibu order aja daripada kehabisan stok.

Ini pertama kalinya saya belanja di ZALORA. Item pertama, dan itu mukena, duh makin berasa sholehah *kayang*. Cupu sih emang, udah dari kapan nih olshop ada, tapi baru sekarang order. Habisnya sih, kemarin-kemarin nggak ada yang menarik hati. Pengalaman belanja di ZALORA :

  1. Item yang dijual di-display dengan cukup detil. Foto tersedia dari berbagai sisi. Dan itu salah satu hal yang bisa bikin pelanggan bakal jadi order. Kenapa? Soalnya saya terus jadi mbayangin : kalo dari depan, oke sih, lucu kok, dari belakang, mmm, nggak masalah, dari samping, ah iyaa makin keliatan kece, detil bordirnya, ah iyaa, cantik. Nah, bumbu-bumbu pikiran kayak gitu tuh yang jadi akhirnya bikin saya nggak kuat nahan jempol buat klik PESAN.
  2. Fasilitas untuk bisa bayar di tempat. Kan jadinya nggak perlu klak klik buat transfer lewat e-banking lagi, tinggal tunggu aja barang dateng, bayar, selesai deh. Agak kaget juga, karena total pembelian yang cuman sekitar 50ribuan tetep bisa pake metode pembayaran COD.
Saya sering juga belanja online di toko online lainnya, dan 2 hal itu yang berkesan sewaktu belanja di ZALORA. 

Aah, tak sabar rasanya nunggu mukena saya datang. Semoga sesuai sama yang sudah saya bayangkan. Happy happy happy. Happy Eid Mubarak 2015 :)

15 Juli 2015

Di bulan Juli lalu, akhirnyaaaaa! Akhirnya bisa menghadiri perhelatan seni yang selalu ditunggu-tunggu oleh warga Jogja setiap tahunnya, Art Jog dengan tema Fluxus mix infinity.


Meskipun baru bisa hadir di detik-detik terakhir dan saya cuma dateng berdua doang, tapi kali ini rasanya jauh lebih seru dibanding tahun lalu. Begitu banyak hal menyenangkan sekaligus bodoh yang terjadi. Yeaaa, dikala banyaknya kabar duka di kerjaan yang berseliweran beberapa hari ini, perjalanan hari itu cukup menghibur kami berdua.

2 hal yang paling berbeda di Art Jog 2015 dibanding dengan tahun sebelumnya adalah :
  1. Harga tiket >> Naiknya berkali-kali lipat pake banget :D Tiket Art Jog kali ini seharga Rp 50.000,- (Umum) Rp 25.000,- (Mahasiswa) lalu untuk pelajar & anak-anak lebih murah lagi, tapi lupa juga berapa (belum berkeluarga juga sih yaa, jadinya nggak fokus) haha.
  2. Karya seni yang interaktif >> Yap, karya seni yang ditampilkan kali ini jauh lebih interaktif. Pengunjung bisa berpartisipasi untuk ikut "main-main" di karya seninya para seniman. Karena banyak karya seni yang memang baru bisa dinikmati saat pengunjung ikut berpartisipasi.

Nggak semua momen bisa ter-capture oleh kamera saya, dikarenakan keterbatasan gadget & keterbatasan skill, alhasil hanya momen-momen dibawah ini saja yang bisa saya bagikan :

Wish Tree

Pas pembelian tiket, pengunjung akan dikasi selembar kertas yang nantinya bisa digantung di wish tree. Yaaah, buat seru-seruan aja, saya ikutan nulis & nggantungin di pohon permohonan karya Yoko Ono yang fenomenal itu.

Ala Cafe

Menyediakan menu tuna sandwich, ice cream, minuman strawberry, dll. Tempat jajanan satu-satunya tersedia di dalam Art Jog ini menyediakan tempat makan yang cukup unik. Ada 2 meja yang hanya bisa digunakan oleh 2 orang secara berhadap-hadapan. Nah, kalau pengen bisa ngeliat teman ngobrol & teman makan kita, cara komunikasinya lewat kamera :D Sebenernya sih, ini menyindir perubahan sosial di lingkungan kita, terkadang, kita lebih memilih berkomunikasi lewat perantara gadget dibanding berinteraksi langsung sama lawan bicara kita, hmmmm.


Sembahyang

Berbentuk semacam warung dari kayu. Didalamnya ada hiasan pigura dinding dari kaca, selembar kertas buram, dan ada 2 buah karpet hijau bertuliskan "I am exist but I am not" dan "I am not exist but I am". Karya seni ini menyindir soal "melihat keimanan seseorang". Seringkali kita hanya berkutat & peduli dengan hal-hal fisik yang bisa terlihat oleh orang lain dan melupakan apa yang seharusnya ada di dalam hati.


Oiya, pengunjung diperbolehkan untuk melakukan sembahyang di dalam situ. Untuk yang beragama islam, posisi karya seni itu sudah menghadap kiblat, udah mapan. Tapi, pas saya amati, di arah kiblat ada selembar kertas yang kalau difoto dari kejauhan mirip sama uang dolar :D hahahaha. Okay, maksudnya apa ya? Mungkin ingin menyampaikan bahwa kiblat hidup manusia banyak yang secara nggak sadar hanya berkiblat pada hal-hal materi. Mungkin.


Eh tunggu dulu, aslinya kertas selembar yang mirip sama uang dolar itu, begitu didekati ternyata gambarnya amat sangat blur! So, pada kenyataannya, nggak bisa juga sih yaa dibilang itu gambar uang dolar? :p

2 karya di bawah ini yang paling menarik perhatian saya :

Infinity
Call me and you'll be shock
Di bawah ini beberapa karya keren lain yang berhasil saya abadikan :


Daaaaan, saya minta maaf buat seniman yang membuat karya seni ini. Saking merasa sangat amaziiiing melihat hasil 3000 sketsa wajah yang disuguhkan dengan cara artistik. Saya sampai lupa mencatat siapa nama senimannya, padahal saya gunakan buat background blog saya ini :( Sungguh, maafkan saya.


Jalan-jalan kali ini banyak diisi hal-hal menyenangkan! Menyenangkan sekaligus rada stupid sih :D Rasanya itu biar jadi kenangan indah kami berdua *wkwkwkwkwkwwk* Momon abis ini geleng-geleng kepala pasti.

Perjalanan menyenangkan ditutup dengan mengenyangkan. Kami mampir ke Angkringan favorit di daerah alun-alun kidul. Namanya Angkringan Kang Harjo. Nasi kucing + es tape susu, aaah :")

ʙᴀᴄᴀ ᴊᴜɢᴀ : ART JOG 2016 | Universal Influence


Instagram

Diary Baik Hari Ini. Theme by STS.