Sumatera
17 Agustus 2015
Klik untuk memperbesar foto. |
Adityawarman merupakan pelanjut dari Dinasti Mauli penguasa pada Kerajaan Melayu yang sebelumnya beribu kota di Dharmasraya, dan dari manuskrip pengukuhannya ia menjadi penguasa di Malayapura Swarnnabhumi atau Kanakamedini pada tahun 1347 dengan gelar Maharajadiraja Srīmat Srī Udayādityawarma Pratāpaparākrama Rājendra Maulimāli Warmadewa, dan di kemudian hari ibu kota dari kerajaan ini pindah ke daerah pedalaman Minangkabau.
Nama museum ini memang diambil dari nama raja besar yang pernah berkuasa di dataran Sumatera. Sebelumnya saya mengira museum ini adalah museum milik pribadi, yaa mas mas bernama Aditya itu tadi, ealaaah ternyata bukan.
Waktu Kunjungan
|
Harga Karcis Masuk
|
Senin-Jum’at : 08.00 Wib s/d 16.00 WIB
Sabtu-Minggu : 08.30 Wib s/d 16.00
Senin : Tutup
*Hari besar dan libur nasional tetap buka
|
Anak-anak : Rp. 1.050,-
Dewasa : Rp. 2.050,-
Rombongan : Minimal 50 orang Discount 50 %
|
Kalau bicara soal pakaian adat tradisional minang untuk pernikahan, khusus untuk perempuan, ada aksesoris di kepala yang cantik banget, disebut Suntiang.
Suntiang, sebagai kekhasan pengantin Minangkabau Pesisir yang berasal dari daerah Padang Pariaman. Kembang-kembang suntiang ini umumnya bertingkat dengan ganjil dimulai dari tujuh tingkat hingga sebelas tingkat. Ada juga suntiang bertingkat mulai dari tiga hingga lima yang biasanya digunakan untuk pendamping pengantin atau dikenal juga dengan sebutan Pasumandan. Namun karena alasan kepraktisan dan menyesuaikan dengan bentuk wajah, kini tingkatan pada Suntiang dipertahankan ganjil namun jumlah tingkatannya disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan si pengantin. - Dikutip dari : sutanmudo.web.id
Di dalam museum ini banyak dipajang kain tradisional yang berasal dari 34 provinsi yang ada di Indonesia.
Kain tradisional dari Sabang sampai Merauke, semua ada di museum ini. Sayangnya nggak semua bisa saya abadikan. Kain tradisional ini dipajang di papan kaca setinggi kurang lebih 2,5 meter, nah salah satu yang membuat agak tidak nyaman adalah dikarenakan papan pajangan kain ini cukup tinggi, jadi menutupi cahaya yang masuk dari jendela dan membuat ruangan museum jadi terkesan gelap. Alhasil jadi sulit mengambil foto jika menggunakan ponsel.
Kain Koffo yang berasal dari Sulawesi Utara. Terbuat dari bahan serat manilla atau serat pisang hutan. |
Papua |
Maluku |
Sulawesi Tenggara |
Alat tenun untuk membuat kain songket. |
Aksara Minangkabau. Sekilas mirip huruf Arab yaa? |
Aaah, senangnya, bersyukur karna diberi kesempatan untuk bisa singgah di Kota Padang dan menikmati keindahan alam & arsitektur bangunan khas minang yang atapnya istimewa itu, hihi. Semoga esok masih bisa jumpa lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)