Diambil sewaktu transit di Bandara Sultan Hasanudin Makassar |
Tepatnya akhir tahun 2016 kemarin, berhasil menyelesaikan misi di Propinsi Gorontalo. Project selesai itu berarti tanda kesibukan baru akan dimulai. Berjudul : Implementasi Sistem, adalah PR ter-seru yang harus digarap bersama-sama, ya sama tim, ya sama klien. Berharap perjalanan implementasinya bisa smooth dan bikin happy kedua belah pihak. Amin.
Kali pertama banget berinteraksi sama bapak ibu disana. Masih pendekatan gitu ceritanya, hahaha. |
Selain ke-absurd-an soal itu, di Gorontalo ada banyak hal yang bisa bikin kangen, dan kesemuanya pengen saya abadikan di satu postingan ini.
1_Alat Transportasi, Bentor
Di Gorontalo itu nggak ada taksi sama sekali. Kalau mau muter-muter kota Gorontalo, paling gampang pakai becak motor (baca : bentor). Waktu disana, pedoman saya cuman tiga hal, signal kuat Telkom*sel, GPS, sama handphone full battery, udah. Gunanya apa? Biar kita bisa ngira-ngira seberapa jauh jarak tujuan kita dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari situ, bisa buat modal nawar biaya perjalanan naik bentor, hehe. Sayangnya sih bentor cuman bisa ngangkut penumpang maksimal 2 orang aja, kecuali temenmu mau disuruh duduk bareng pak sopir di belakang (siapa tau ganteng). Oiya, tips naik bentor, pakailah sweater, soalnya semribiiit anginnya warrr werr.
2_Monumen Perjuangan Nani Wartabone
Monumen ini letaknya di tengah pusat kota. Waktu itu saya kesana sore hari, dan rame ternyata. Di sekitar monumen ada beberapa lapak penjual jajanan ringan. Banyak juga anak-anak kecil yang pada main sepatu roda. Ini jadi semacam tempat kongkow gitu sih sepertinya di Gorontalo.
By the way, saya jadi kepo siapa itu Nani Wartabone, kemudian googling...
"...Ia seorang pejuang yang aktif berorganisasi dan berjuang melawan kolonialisme di daerahnya pada masa perjuangan kemerdekaan. Ia mulai berjuang dengan mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua PNI Cabang Gorontalo." - Dikutip dari Wikipedia
Nah, triggernya sewaktu tanggal 23 Januari 1942 itu, Nani Wartabone memimpin rakyat dari Suwawa dan Gorontalo untuk menurunkan bendera Belanda kemudian mengibarkan bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Waktu itu sepertinya semacam memanfaatkan momen ketika Jepang mulai masuk ke Indonesia sedangkan Belanda mulai ketakutan dan mundur teratur. Hmmm...
3_Masjid Baiturrahman Limboto
Masjid ini adalah masjid terbesar di kabupaten Gorontalo. Letaknya cuman sekitar 20 meter dari Menara Eiffel. Iya, Menara Eiffel. Serius, Menara Eiffel Coret 😂 alias Menara Keagungan Limboto.
4_Menara Keagungan Limboto (Menara Eiffel)
"a" mean Ajengmas 😜 Sandal hotel every where ceritanya. |
Sewaktu ke Menara Keagungan Limboto ini, saya cuman berkesempatan foto dari luar aja. Selain karena agak nggak terlalu penasaran sama bagian dalemnya, waktu itu juga kami keburu harus segera sampai di bandara buat balik ke Jogja. Menara ini terdiri dari 5 lantai, ada lift yang bisa menuju sampai dengan lantai 3, selebihnya kita harus naik lewat anak tangga. Di lantai paling atas kita bisa lihat pemandangan Kota Gorontalo dari ketinggian. Sempet googling, ternyata pernah ada kejadian nyeremin di menara ini 😳 *agak spooky gitu*.
5_Rumah Adat Dulohupa
6_Pia Kering, Oleh-oleh Khas Gorontalo
Waktu kunjungan awal banget, saya cuman bisa mampir ke Toko Pia Saronde. Lokasinya deket banget sama Hotel Amaris tempat saya menginap. Sebetulnya sih ada yang lebih enak, Pia Extra namanya, lebih empuk dan rasa cokelatnya lebih berasa cokelat 🙁 Pia Saronde ini kering banget teksturnya. Isinya macem-macem, ada cokelat, keju, susu, durian, cokelat kacang, kacang ijo, dll. Harganya sekitar 40ribuan per-pack, 1 pack isinya 10 biji.
7_Pisang Goroho
Kayak gini nih bentukan-nya Pisang Goroho 😅 Sekilas memang kayak pisang goreng biasa ya? Pisang Goroho itu pisang goreng tapi rasanya mirip kayak sukun dan sebelas dua belas kayak kentang goreng. Nah lho, bisa kebayang nggak rasanya? Jadi nggak ada manis-manisnya sama sekali. Cara makannya dicocol pakai sambel merah. Sambel merah di Gorontalo beda jauh sama sambel di Jawa, pedesnya enyak, nggigit! Pisang Goroho ini bisa kita dapetin dimana aja. Bahkan ini jadi menu cemilan di kafe lho.
Itu dia 7 hal dari Gorontalo yang kesemuanya bisa dijangkau bentor, hahaha. Semuanya ngangenin. Perjalanannya, orang-orangnya, dan rekan tim yang menemani saya kesana, masing-masing punya tempat di setiap memori saya. Alhamdulillah. Postingan saya yang seperti ini bisa dibilang semacam peninggalan jejak kaki. Memori saya seluruhnya tentunya nggak bisa dituangkan sekaligus. Tapi setidaknya, dengan meninggalkan jejak ini, esok hari entah kapan dikala saya kangen, saya bisa dengan cepat mengingat lagi momen itu.
Belum sempat dines ke Gorontalo. Kayaknya menarik nih. Semoga bisa kesampaian ke sana kapan hari. :D
BalasHapusAmiiiin amiiiin Mbdik 🙏 Kalo ke Gorontalo, asli kudu disempetin ketemu sama Ikan Hiu mb, dia jinak, bisa dipegang-pegang (eh itu jinak atau...)
HapusRupane Giseeeelllll... Bahahahahak
BalasHapusAkh, akkoh belum pernah ke Gorontalo, tsk. Ngen..
Epik!
HapusAmiiiin, amiin Mbroo :)
Woow such a beautiful place! and beautiful pictures!
BalasHapuswww.ismurfshion.com
Hi Rin Handika, warm greeting from Jogja. Thank you for visit 😊
HapusWah pisangnya unik juga dicocol sambel ya, sekilas mirip di manado ya pisang sambal roa kalau disana
BalasHapusHalo Dzaka, terimakasih sudah bersedia mampir.
HapusOh di Manado begitu juga ya? Baru tau, malahan, hihi. Sewaktu pas kesana nggak nyobain 🙁 Kalau pake sambel Roa, ada rasa gurih ikannya berarti yaa. Nice info Dzaka, thank youuu.
Alhamdulillah...jujur saya dan rekan2 dari jawa barat yg kala itu membikin ukiran relief adat...monumen di rumah adat DuloHupa. Semoga bisa selalu lestari..
BalasHapusTurut mengamini doa baiknya, Aamiin ya robbal'alamin. Mudah-mudahan bisa semakin lestari, semakin banyak orang yang mengenal kekayaan adat istiadat di negeri ini 😊
Hapus