Gorontalo dalam 7 Ingatan

Gorontalo, Indonesia
ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo
Diambil sewaktu transit di Bandara Sultan Hasanudin Makassar
Alohaaaa, akhirnya kembali lagi saya posting tentang belahan kota lain diluar Jawa, hehehe. Mohon diingat yaa, ini bukan jalan-jalan tapi dinas, teman-teman. Yaaa alhamdulillahnya meski mengemban tugas yang seringkali menguras energi, saya masih diberi kesempatan buat nyempil jalan ke tempat-tempat khas daerah, yang kali ini di pulau Sulawesi (lagi) 😆

Tepatnya akhir tahun 2016 kemarin, berhasil menyelesaikan misi di Propinsi Gorontalo. Project selesai itu berarti tanda kesibukan baru akan dimulai. Berjudul : Implementasi Sistem, adalah PR ter-seru yang harus digarap bersama-sama, ya sama tim, ya sama klien. Berharap perjalanan implementasinya bisa smooth dan bikin happy kedua belah pihak. Amin.

Kali pertama banget berinteraksi sama bapak ibu disana. Masih pendekatan gitu ceritanya, hahaha.
Tentang Gorontalo, yang mungkin bakalan nggak terlupa selain kliennya yang super duper menyenangkan (halo, Pak Anto 😎) saya dan Genk Avenger demi misi membawa pulang Berita Acara Serah Terima (BAST), kami harus lemburan di kampus sampai jam 2 dini hari. Padahal waktu hari itu, kami seharian flight dari Jogja-Makassar-Gorontalo, landing jam 9 malem, langsung cus ke kampus. Beneran deh, rasanya absurd banget waktu itu. The power of kepepet itu emang ajaib! *Tapi kalo sering-sering juga mabok*.

Selain ke-absurd-an soal itu, di Gorontalo ada banyak hal yang bisa bikin kangen, dan kesemuanya pengen saya abadikan di satu postingan ini.

1_Alat Transportasi, Bentor

bentor-becak-motor-gorontalo-ajengmas

Di Gorontalo itu nggak ada taksi sama sekali. Kalau mau muter-muter kota Gorontalo, paling gampang pakai becak motor (baca : bentor). Waktu disana, pedoman saya cuman tiga hal, signal kuat Telkom*sel, GPS, sama handphone full battery, udah. Gunanya apa? Biar kita bisa ngira-ngira seberapa jauh jarak tujuan kita dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari situ, bisa buat modal nawar biaya perjalanan naik bentor, hehe. Sayangnya sih bentor cuman bisa ngangkut penumpang maksimal 2 orang aja, kecuali temenmu mau disuruh duduk bareng pak sopir di belakang (siapa tau ganteng). Oiya, tips naik bentor, pakailah sweater, soalnya semribiiit anginnya warrr werr.

2_Monumen Perjuangan Nani Wartabone

blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-monumen-noni-wartabone
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-monumen-noni-wartabone
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-monumen-noni-wartabone

Monumen ini letaknya di tengah pusat kota. Waktu itu saya kesana sore hari, dan rame ternyata. Di sekitar monumen ada beberapa lapak penjual jajanan ringan. Banyak juga anak-anak kecil yang pada main sepatu roda. Ini jadi semacam tempat kongkow gitu sih sepertinya di Gorontalo.

By the way, saya jadi kepo siapa itu Nani Wartabone, kemudian googling...

"...Ia seorang pejuang yang aktif berorganisasi dan berjuang melawan kolonialisme di daerahnya pada masa perjuangan kemerdekaan. Ia mulai berjuang dengan mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, ia menjadi Ketua PNI Cabang Gorontalo." Dikutip dari Wikipedia

Nah, triggernya sewaktu tanggal 23 Januari 1942 itu, Nani Wartabone memimpin rakyat dari Suwawa dan Gorontalo untuk menurunkan bendera Belanda kemudian mengibarkan bendera Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Waktu itu sepertinya semacam memanfaatkan momen ketika Jepang mulai masuk ke Indonesia sedangkan Belanda mulai ketakutan dan mundur teratur. Hmmm...

3_Masjid Baiturrahman Limboto

blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-masjid-baiturrahman-limboto
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-masjid-baiturrahman-limboto
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-masjid-baiturrahman-limboto
blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-masjid-baiturrahman-limboto

Masjid ini adalah masjid terbesar di kabupaten Gorontalo. Letaknya cuman sekitar 20 meter dari Menara Eiffel. Iya, Menara Eiffel. Serius, Menara Eiffel Coret 😂 alias Menara Keagungan Limboto.

4_Menara Keagungan Limboto (Menara Eiffel)

blogger-jogja-ajengmas-traveling-sulawesi-gorontalo-menara-keagungan-limboto
"a" mean Ajengmas 😜 Sandal hotel every where ceritanya.
Sewaktu ke Menara Keagungan Limboto ini, saya cuman berkesempatan foto dari luar aja. Selain karena agak nggak terlalu penasaran sama bagian dalemnya, waktu itu juga kami keburu harus segera sampai di bandara buat balik ke Jogja. Menara ini terdiri dari 5 lantai, ada lift yang bisa menuju sampai dengan lantai 3, selebihnya kita harus naik lewat anak tangga. Di lantai paling atas kita bisa lihat pemandangan Kota Gorontalo dari ketinggian. Sempet googling, ternyata pernah ada kejadian nyeremin di menara ini 😳 *agak spooky gitu*.

5_Rumah Adat Dulohupa

ajengmas-rumah-adat-dulohupa-gorontalo-sulawesi
ajengmas-rumah-adat-dulohupa-gorontalo-sulawesi
ajengmas-rumah-adat-dulohupa-gorontalo-sulawesi
ajengmas-rumah-adat-dulohupa-gorontalo-sulawesi

6_Pia Kering, Oleh-oleh Khas Gorontalo

oleh-oleh-khas-gorontalo-pia-saronde
oleh-oleh-khas-gorontalo-pia-saronde

Waktu kunjungan awal banget, saya cuman bisa mampir ke Toko Pia Saronde. Lokasinya deket banget sama Hotel Amaris tempat saya menginap. Sebetulnya sih ada yang lebih enak, Pia Extra namanya, lebih empuk dan rasa cokelatnya lebih berasa cokelat 🙁 Pia Saronde ini kering banget teksturnya. Isinya macem-macem, ada cokelat, keju, susu, durian, cokelat kacang, kacang ijo, dll. Harganya sekitar 40ribuan per-pack, 1 pack isinya 10 biji.

oleh-oleh-khas-gorontalo-pia-saronde
oleh-oleh-khas-gorontalo-pia-saronde

7_Pisang Goroho

Kayak gini nih bentukan-nya Pisang Goroho 😅 Sekilas memang kayak pisang goreng biasa ya? Pisang Goroho itu pisang goreng tapi rasanya mirip kayak sukun dan sebelas dua belas kayak kentang goreng. Nah lho, bisa kebayang nggak rasanya? Jadi nggak ada manis-manisnya sama sekali. Cara makannya dicocol pakai sambel merah. Sambel merah di Gorontalo beda jauh sama sambel di Jawa, pedesnya enyak, nggigit! Pisang Goroho ini bisa kita dapetin dimana aja. Bahkan ini jadi menu cemilan di kafe lho.

pisang-goroho-gorontalo

Itu dia 7 hal dari Gorontalo yang kesemuanya bisa dijangkau bentor, hahaha. Semuanya ngangenin. Perjalanannya, orang-orangnya, dan rekan tim yang menemani saya kesana, masing-masing punya tempat di setiap memori saya. Alhamdulillah. Postingan saya yang seperti ini bisa dibilang semacam peninggalan jejak kaki. Memori saya seluruhnya tentunya nggak bisa dituangkan sekaligus. Tapi setidaknya, dengan meninggalkan jejak ini, esok hari entah kapan dikala saya kangen, saya bisa dengan cepat mengingat lagi momen itu.

10 komentar

  1. Belum sempat dines ke Gorontalo. Kayaknya menarik nih. Semoga bisa kesampaian ke sana kapan hari. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiiin amiiiin Mbdik 🙏 Kalo ke Gorontalo, asli kudu disempetin ketemu sama Ikan Hiu mb, dia jinak, bisa dipegang-pegang (eh itu jinak atau...)

      Hapus
  2. Rupane Giseeeelllll... Bahahahahak
    Akh, akkoh belum pernah ke Gorontalo, tsk. Ngen..

    BalasHapus
  3. Woow such a beautiful place! and beautiful pictures!


    www.ismurfshion.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Rin Handika, warm greeting from Jogja. Thank you for visit 😊

      Hapus
  4. Wah pisangnya unik juga dicocol sambel ya, sekilas mirip di manado ya pisang sambal roa kalau disana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Dzaka, terimakasih sudah bersedia mampir.
      Oh di Manado begitu juga ya? Baru tau, malahan, hihi. Sewaktu pas kesana nggak nyobain 🙁 Kalau pake sambel Roa, ada rasa gurih ikannya berarti yaa. Nice info Dzaka, thank youuu.

      Hapus
  5. Alhamdulillah...jujur saya dan rekan2 dari jawa barat yg kala itu membikin ukiran relief adat...monumen di rumah adat DuloHupa. Semoga bisa selalu lestari..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Turut mengamini doa baiknya, Aamiin ya robbal'alamin. Mudah-mudahan bisa semakin lestari, semakin banyak orang yang mengenal kekayaan adat istiadat di negeri ini 😊

      Hapus

Instagram

Diary Baik Hari Ini. Theme by STS.